Keputusan Federasi Basket Internasional (FIBA) tahun lalu, untuk mencabut larangan mengenakan hijab bagi pebasket muslimah, menjadi kisah manis tersendiri bagi muslimah pemain basket berdarah Bosnia, Indira Kaljo. Aspirasi Kaljo waktu itu, mendapat persetujuan dari FIBA. Sehingga ia dan pemain muslimah di seluruh dunia, berhak mengenakan hijab dalam pertandingan basket level internasional sekalipun.
“Aku sangat bahagia. Aku selalu memperjuangkan apa yang kuyakini benar,” kata Kaljo kepada kantor berita Dogan Rabu (26/8/2015) kemarin.
Kaljo menyampaikan tanggapannya tersebut dalam kunjungannya di Istanbul, Turki, di mana ia tampil mewakili klub bola basket perempuan Arab Saudi, Jeddah United.
Muslimah berusia 27 tahun itu, termasuk di antara dua orang pemain basket muslimah yang menyerukan kepada FIBA, pada Agustus 2014 lalu, agar mencabut larangan pemakaian hijab selama pertandingan.
“Dua tahun lalu, aku memutuskan untuk mengenakan hijab. Itu sudah keputusan pribadiku, meski awalnya banyak orang menentangnya. Waktu itu karir bermainku sedang bagus-bagusnya,” tutur Kaljo.
“Aku mengikuti kata hatiku dan memutuskan untuk memakai hijab. Aku tahu, dengan melangkah di jalan Allah, akan membuat aku bahagia,” tutur perempuan yang menempuh kuliahnya di California, Amerika Serikat, tersebut.
Harapan baru itu kemudian hadir pada September tahun lalu, ketika FIBA mengamandemen peraturan dan membolehkan para muslimah untuk memakai hijab dalam pertandingan profesional, meski masih dalam tahap percobaan. Kabar gembira itu pun disambut baik oleh para atlet muslim.
“Aku akan berjuang untuk melindungi hak perempuan atau aku akan pensiun sekalian. Aku selalu berjuang untuk apa yang aku yakini dan memulai kampanye pencabutan larangan berhijab ini di internet,” ujar Kaljo.
“Kami mengumpulkan hampir 70.000 tandatangan dari laki-laki dan perempuan, muslim dan non-muslim. Pihak Komite Olimpiade Amerika Serikat kemudian mengajukan permohonan kepada FIBA untuk pencabutan larangan hijab tersebut.”
Sebuah kampanye yang dibuat Kaljo di situs change.org,, berhasil menggugah kesadaran banyak pihak akan diskriminasi yang menimpa muslimah pemain basket.
Organisasi advokasi dan kebebasan sipil muslim terbesar di Amerika, CAIR (Council on American–Islamic Relations), turut meneruskan dan mengawal aspirasi Kaljo kepada FIBA.
“Tidak boleh ada satupun atlet yang dipaksa untuk memilih antara keyakinan beragama dan olahraga. Perempuan muslim yang berusaha ikut serta dalam aktivitas olahraga tidak semestinya menghadapi halangan semu dan semena-mena untuk mewujudkan keikutsertaan tersebut,” kata pihak CAIR dalam pernyataannya kepada FIBA.
Sebelum September 2014, pemakaian hijab ditegah dalam pertandingan-pertandingan FIBA. Pelarangan itu dibuat FIBA dengan dalih sebagai cara agar menjaga kenetralan dari pengaruh agama.
Kehadiran Indira Kaljo di Turki sendiri pada Agustus ini adalah untuk mendukung Proyek Stars of Basketball Hoop yang diadakan di SMA Imam-Hatip Avcilar dengan melibatkan 24 siswi pemain basket. Melalui Twitter, Indira Kaljo juga aktif memposting kegiatan olahraga dan kampanye sosialnya. (iinanews/cair/ismed)