[Catatan Haji M Ihsan Abdul Djalil]
PERNIAGAAN YANG MENGUNTUNGKAN
Namanya Pak Heru. Teman satu rombongan saya. Beliau pensiunan Angkasa Pura.
Sekitar 3 bulan sebelum keberangkatan haji, dokter melarangnya pergi ke tanah suci. Jantungnya sudah rusak, katanya. Boleh berhaji asal mau menjalani operasi bedah, atau minimal pasang 3 ring.
"Wah, 3 ring? Itu 1 ring biayanya Rp 50 juta. Berarti saya harus punya Rp 150 juta. Duit dari mana, Pak Ihsan?", katanya.
Mengingat waktu yang sudah dekat, beliau tak berani melakukan operasi pembedahan. Resikonya terlalu besar.
"Saya akhirnya pasang 3 ring. Habisnya Rp 97 juta. Jadi, ONH saya ini yang termahal dibandingkan teman-teman," katanya sambil tersenyum.
Subhanallah... Saya merinding mendengar penuturan Pak Heru.
Ketika dokter memvonis seseorang tidak boleh berhaji, pastilah itu didasarkan pertimbangan medis yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Mungkin juga tidak salah kalau Pak Heru menurutinya.
Tapi, Pak Heru memilih opsi sebaliknya. Keinginan kuat untuk bisa berhaji tahun ini, membuat beliau rela mengorbankan hartanya yang tidak sedikit.
Sepulang dari Mina, beliau menghampiri saya. "Sekarang saya merasa tambah sehat", akunya.
Istrinya yang seorang polwan ikut menimpali, "Iya pak, ini kalau di rumah sakit harus rutin fisioterapi. Di sini, dipakai jalan terus, malah sehat hat hat".
Alhamdulillah...
Apa yang dilakukan Pak Heru adalah sebuah perniagaan dengan Tuhannya. Dan sudah pasti ini perniagaan yang menguntungkan.
Sebab mereka yang berhaji sesungguhnya adalah para tamu Allah. Maka Allah sendirilah yang akan menjamunya, memberi apa yang mereka minta, mengabulkan doa yang dipanjatkan, mengganti ongkos perjalanannya, dan memberinya balasan yang berlipat di akhirat dengan surga-Nya. Insya Allah.
Karena itu berhaji harus menjadi dorongan bagi yang sudah berkecukupan. Sebab kalau sudah punya uangnya, tapi tak memprioritaskannya untuk ibadah haji, sesungguhnya Allah tidak butuh hartanya.
Cukuplah kita merenungi peringatan Allah SWT:
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلاً۬ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” [QS. Ali Imran, 3: 97].
Makkah, 1 Oktober 2015
*dari notes fb ustadz M Ihsan Abdul Djalil