×

Kenali Sejarah Ibadah Haji Yang Dicanangkan Oleh Nabi Ibrahim A.S

Sejarah haji bermula dari ribuan tahun lalu.  Ribuan muslim berkunjung ke Tanah Suci untuk menunaikan segala perintah yang diwajibkan dan pernah dijalankan oleh Nabi Ibrahim a.s.  Tujuannya tidak lain adalah untuk beribadah sekaligus napak tilas sejarah agung yang selalu dilakukan umat muslim tiap tahun.

Di dalam literatur-literatur yang ada, bahkan di Al Qur’an pun disebutkan bahwa Nabi Ibrahim adalah rasul Allah SWT yang hingga usia senjanya belum memiliki anak.  Sang istri yang bernama Siti Sarah, saat itu merasa sedih dengan keadaan mereka, lalu meminta Nabi Ibrahim untuk menikahi Siti Hajar.  Dari Siti Hajar, Nabi Ibrahim dikaruniai anak bernama Ismail.  Sarah turut gembira ketika mengetahui kabar kelahiran Nabi Ismail a.s, tetapi tak urung menahan pilu karena tidak bisa memberi Nabi Ibrahim keturunan.

Nabi Ibrahim pun mengadukan permasalahan ini pada Allah SWT.  Saat itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa Ismail bersama Siti Hajar untuk pergi ke tempat yang jauh, yang letaknya berada di Tanah Haram atau yang kita kenal sebagai cikal bakal kota Mekkah nantinya.




Saat itulah Malaikat Jibril turun dari langit untuk mengantar kepergian mereka.  Sampailah mereka di tanah Mekkah, dimana Jibril meninggalkan keluarga tersebut di posisi berdirinya Ka’bah, di bawah sebuah pohon yang cukup melindungi Siti Hajar dan anaknya Ismail dari terik matahari.  Saat Nabi Ibrahim telah pergi, Siti Hajar kebingungan ketika bayi Ismail menangis karena kehausan.  Siti Hajar kebingungan mencari air, karena mereka ditinggalkan di tempat yang tidak ada manusia, air, maupun tumbuh-tumbuhan.  Awalnya Siti Hajar naik ke bukit Shafa, kemudian ke bukit Marwa.  Siti Hajar bolak-balik mencari air sebanyak tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwa, yang kita kenal sekarang sebagai sa’i.

Ketika Siti Hajar kembali, dia heran melihat bayinya berhenti menangis.  Saat itulah dia melihat air mengalir dari bawah kaki Ismail.  Saat menggali pasir, air tersebut memancar keluar yang kita kenal sebagai air Zam Zam.  Beberapa waktu kemudian, lewatlah kabilah Jurhum di sekitar tempat itu.  Mereka berkemah di bukit Arafah, dan ketika itu mereka melihat kerumunan burung terbang di udara.  Mereka yakin bahwa ada sumber air di tempat itu.   Ketika sampai, mereka terkesima menemukan Siti Hajar dan Ismail berada di sana.  Kepala suku Jurhum kemudian meminta izin pada Siti Hajar untuk tinggal berseberangan agar memudahkan anggota sukunya mengambil air.  Siti Hajar memberi syarat terlebih dulu dengan meminta izin pada Nabi Ibrahim.


http://www.esempoi.com/wp-content/uploads/2012/10/air-zam-zam.jpg


Lalu ketika Nabi Ibrahim datang berkunjung ke Mekkah, Siti Hajar meminta izin suaminya.  Nabi Ibrahim memberi izin, dan sejak saat itu keturunan bangsa Jurhum dan Nabi Ibrahim membangun kehidupan di kota Mekkah.

Beberapa tahun lamanya hidup dalam keadaan cukup, Nabi Ibrahim mendapat wahyu untuk menyembelih anaknya.  Di saat itu, Nabi Ibrahim merasa sedih namun tetap bertekad menjalani perintah Allah.  Saat Nabi Ibrahim menyampaikan hal itu pada anaknya, Ismail dengan lapang hati mengatakan bahwa dia bersedia untuk dikorbankan jika itu memang perintah Tuhannya.  Setan sempat mengganggu proses penyembelihan itu, tetapi Nabi Ibrahim bersikukuh dan melempar batu pada setan yang menggoda, yang kita kenal sebagai lempar jumrah.  Saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih leher anaknya, Allah kembali memberi wahyu dan memberikan domba sebagai ganti Ismail.  Inilah yang merupakan sejarah di balik hari raya Idul Adha.





Allah SWT memerintahkan Saat anaknya sudah beranjak remaja, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah bersama Nabi Ismail.  Ka’bah dibangun sampai ketinggian 7 hasta.  Malaikat Jibril juga menunjukkan posisi peletakan Hajar Aswad yang kita kenal sebagai posisi Hajar Aswad yang sekarang.  Setelah membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim dan Ismail melakukan ibadah haji.  Pada tanggal 8 Dzulhijjah, Jibril turun dan menyampaikan pesan untuk mendistribusikan zam zam ke beberapa tempat seperti Mina dan Arafah.  Hari itu pun dikenal sebagai hari Tarwiyyah atau hari pendistribusian air.  Selesai melakukan dua hal tersebut, Nabi Ibrahim berdoa pada Allah, seperti yang tercantum di Al Baqarah ayat 126.

Demikian kisah di balik sejarah haji.  Kini umat Islam berbondong-bondong pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan salah satu dari rukun Islam.  Tua-muda, kaya-miskin, cacat-sehat dianggap sama di mata Tuhan Semesta Alam, karena kita semua adalah makhluk ciptaannya.  Maka saat berhaji, ada baiknya kita tetap menjaga perbuatan dan sikap, karena kita bukanlah apa-apa di hadapan-Nya.