Istilah pacaran telah menjamur di kalangan remaja. Bahkan tanpa merasa berdosa, istilah itu diajarkan kepada anak-anak. Misalnya saat pentas seni HUT ke-70 RI di Kecamatan Ngambon, Bojonegoro, Jawa Timur. Pembawa acara (MC) menggoda salah seorang anak yang tampil di acara itu dengan menawarinya jadi pacar.
Kejadian ini dituturkan seorang Ayah, Hasan Anshori, di status fbnya:
Semalam saat si kecil tampil pada pentas seni HUT RI 70 di Lapangan Ngambon sempat diajak interaktif dg MC yg materinya agak kebablasan untuk usia anak.
"Waduh...Rusyda udah ganteng, pinter, serba juara....habis ini tak bawa pulang lho ya ?"
"Gak mau", jawabnya sambil tersipu malu
"Aku gemes lho, masak......(Sensor...) gak mau?"
"Gak mau", jawabnya tetap bersiteguh
"Aku masih jomblo lho...nanti jadi pacarku...diriku ini masih kurang apa coba ?"
Dlm dialog yg tak ada dlm skenario tsb si kecil spontanitas menyahut dg ekspresi tegas, "Dalam Islam pacaran itu dilarang"
Mak jleb !!!
Si MC terperangah mendapat jawaban yg tak terduga.
***
Demikianlah realita 'dunia' yang dihadapi anak-anak. Maka pendidikan (tarbiyah) orang tua kepada anak-anaknya adalah kunci utama dalam membentuk karakter anak sebagaimana yang disampaikan Rasululklah SAW:
"Setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya. Keduanya orang tuanya yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Cerita pak Hasan Anshori banyak menginspirasi dan membuat iri para orang tua, bagaimana kesuksesan mendidik anak dan menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini.
"Wah ajari dong pak caranya mendidik anak biar seperti itu meskipun berada di lingkungan yg seperti ini," ujar Norma Rahmawati.
"Subhanaalloh mas zakki, semoga putraku bisa jadi anak sholeh seperti mas zakki amiin." komen seorang ibu.
*Sumber: bersamadakwah