Mohamed Arturo Cerulli, Walikota Muslim Pertama di Italia |
Harian Italia, Il Corriere della Sera tanggal 18 April 2008 telah memuat sebuah artikel mengenai terpilihnya seorang suami warga Indonesia yang terpilih menjadi Walikota di Monte Argentario, Regione di Toscana, Italia, dengan judul ”Walikota Baru Argentario dari Partai Tengah-Kanan (Centrodestra) Pindah menjadi Islam karena cintanya dengan seorang wanita Indonesia”.
Mohamed Arturo Cerulli yang akrab dipanggil Arturo akhirnya terpilih menjadi walikota (Sindaco) Monte Argentario yang baru dari partai politik Tengah-Kanan (centrodestra), Popolo della Liberta merupakan satu satunya Walikota di Italia yang beragama Islam. Arturo memeluk agama Islam karena cintanya dengan istrinya. Demikian laporan dari wartawan Il Corriere della Sera, Marco Gasperetti yang dimuat di harian tersebut tanggal 18 April 2008.
Sebelumnya Arturo mempunyai nama baptis, Il Cristianissimo Arturo dengan marga Cerulli. Arturo lahir di Porto Santo Stefano dan saat ini berusia 53 tahun dan berprofesi sebagai insinyur nuklir. Sewaktu menikah dengan istrinya, Arturo pindah agama menjadi Islam dan mengambil sumpah diatas Quar’an dan juga melakukan sirkumsisi dengan seorang rekannya yang seorang doktor Italia di Rumah Sakit Ortobello. Arturo menjelaskan bahwa agama dengan politik mempunyai arah arah yang berbeda’’.
Walikota yang baru untuk Comune di Monte Argentario ini, terpilih dengan suara 45,42% dan dinyatakan sudah memenuhi ketentuan dalam kelompok suara Liberta, dimana koalisi terdiri dari PDL (Partai Demokrat Liberta), UDC (Unita Demokrat Cristiani) dan Parpol Kanan dan dari Partai Lista Civiche. Ditambahkan lagi bahwa kemenangan ini dipromotori oleh para VIP. Menurutnya menjadi walikota adalah salah satu kehormatan baginya karena posisi ini sebelumya adalah salah satu kedudukan politik yang paling dihormati, karena pernah ditempati oleh Susanna Angelli, yang dianggap penduduk sebagai seorang yang berjasa besar di daerah tersebut. Arturo berharap agar posisi ini dapat memberikan inspirasi baginya. .
Arturo sebelumnya pesimis bakal bisa bersaing menjadi walikota mengingat Arturo telah pindah agama menjadi muslim dengan nama Muhamed Arturo. Kisah kepindahannya menjadi seorang muslim adalah ketika pada tahun 1988 pada saat Arturo bertugas di Indonesia dan bekerja dibagian pusat tenaga Nuklir yang tempatnya tidak jauh dari Jakarta (BATAN Serpong, Banten).
Arturo ingat bagaimana dirinya jatuh cinta dengan istrinya yang bernama Sri Semiarti yang akrab dipanggil Nunuk. Sebelumnya orang tuanya sangat menentang karena tidak setuju dengan keberadaan orang asing dirumahnya, apalagi beragama yang berbeda. Namun, karena demi cintanya kepada istrinya Arturo pindah agama.
Sempat beredar kampanye negatif jikalau dirinya menjadi walikota tanda salib di setiap sekolah di daerah tersebut akan diturunkan, namun kenyataanya Arturo tidak pernah menyinggung masalah tersebut setelah menjadi walikota karena itu adalah kelakarnya saja, Namun diakuinya bahwa dirinya sangat senang masuk Islam.
Mohamed Arturo sebagai walikota sangat gembira dalam kehidupan keluarganya, Arturo saat ini sudah dikaruniai dua orang anak. Harapan Arturo dengan menjadi Walikota ini adalah dapat mengembalikan situasi di Argentario seperti apa yang dialaminya sebagaimana posisi Susanna Agnelli pada tahun 80an yaitu dengan mengembangkan kembali daerah Monte Argentario menjadi daerah tujuan wisata yang lebih besar.
Karena kinerjanya yang cukup bagus dan berhasil apalagi kebijakannya lebih pro terhadap kepentingan publik, masyarakat menghendaki dirinya memimpin kembali kota dengan jumlah penduduk sekitar 14 ribu itu.
Di pemilihan pada Mei 2013 ia terpilih sebagai wali kota untuk periode kedua (2013-2018).
Kini pria kelahiran 54 tahun ini datang ke Indonesia untuk menghadiri peluncuran buku Scappa per Amore: Mozaik Perjalanan Cinta di Benua Biru karya Dini Fitria di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Kamis (19/7) malam WIB. Arturo juga sekaligus memiliki agenda mengunjungi kerabatnya di Indonesia karena istrinya, Sri Semiarti Sastropawiro merupakan warga pribumi.
Berada di Indonesia, Cerulli sangat menikmatinya. Apalagi momennya bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Hal itu dinilainya sebagai berkah terselubung. Pasalnya, di tanah kelahirannya, datangnya Ramadhan hampir tidak terasa sama sekali.
Hal itu berkebalikan dengan kondisi di Indonesia yang serba meriah. Ia menilai denyut Ramadhan di Indonesia sangat terasa seperti di Arab Saudi, tempat dulunya, ia pernah bekerja. "Suasana puasa di Indonesia sangat terasa, seperti di Arab Saudi. Di Italia, suasana Ramadhan tidak terasa gebyarnya bagi seorang Muslim," katanya.***