[Dari artikel: "Islam’s return to Turkey after a long absence" oleh Amal Al-Sibai, Saudi Gazette (14/8/2015)]
Sejarah Turki amat menarik. Turki adalah negara indah dengan pantai laut yang menakjubkan, pemandangan puncak gunung, makanan lezat, orang-orang ramah yang hangat, serta sejarah yang kaya.
Turki adalah rumah bagi ornamen indah tempat ibadah di gereja, masjid, istana, dan taman-taman di dunia. Islam memiliki kehadiran yang kuat dan lama di Turki, diikuti dengan kehampaan yang tiba-tiba, dan dalam beberapa tahun terakhir kembali melambat.
Beberapa orang khawatir tentang kebangkitan Islam di Turki, tetapi apakah itu benar-benar sebuah perubahan positif atau negatif? Firas Al-Khateeb, dalam tulisan-tulisannya, Sejarah Islam yang Hilang, mengeksplorasi sejarah Islam di Turki.
Sampai tahun 1920-an, Turki telah menjadi pusat peradaban dunia Islam; salah satu dari banyak negara-negara Islam di bawah satu aturan; diatur oleh Kekhalifahan Utsmani. Dalam era 1900-an, Kekaisaran Ottoman itu runtuh, Italia mengambil alih bagian utama dari Libya pada tahun 1912. Bulgaria, Serbia, dan Yunani ingin Ottoman keluar dari Eropa, dan di Balkan terjadi Pertama Dunia pertama. Perang Dunia I menyebabkan disintegrasi lanjut dari Kekaisaran Ottoman. Setelah perang, Turki diserbu oleh Inggris, Yunani, dan Perancis.
Seorang perwira tentara Ottoman, Mustafa Kemal, telah menampilkan kepemimpinan yang besar dalam pertempuran dan ia berhasil menginvasi Inggris untuk merebut ibukota, Istanbul. Dia membawa tentara Ottoman di bawah komandonya untuk berperang di Perang Kemerdekaan Turki pada awal tahun 1920-an. Pasukannya berhasil mengusir pasukan pendudukan Yunani, Inggris, dan Perancis yang telah menggerogoti tanah Turki.
Mustafa Kemal muncul sebagai pahlawan nasional untuk Turki dan pada tahun 1922 ia membebaskan Turki dari pendudukan asing. Untuk ini, ia menjadi sangat populer dan dipuja oleh rakyat Turki. Ia mendirikan Republik Turki modern yang dipimpin oleh Majelis Nasional Agung. Pemerintah Turki baru tentu butuh seorang kepala negara, presiden. Pilihannya tentu saja jatuh pada sang pahlawan Mustafa Kemal, yang diberi gelar Ataturk, yang berarti ‘Bapak Turki. “
Namun, Mustafa Kemal memiliki agenda tersembunyi. Ia bertujuan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme untuk menyatukan orang-orang Turki, dan untuk memisahkan agama dari negara, dan jika mungkin, dari kehidupan orang-orang Turki. Dia berpandangan bahwa agama tidak kompatibel dengan ilmu pengetahuan modern; sekularisme adalah penting bagi modernitas.
Ataturk ingin mereformasi Turki; ia berusaha keras untuk melepaskan agama dari masyarakat Turki. Sistem pendidikan benar-benar berubah, dan pendidikan Islam dilarang di sekolah-sekolah umum. Semua sekolah agama ditutup. Ataturk menggantikan hukum Syariah Islam dengan hukum yang diadaptasi dan diimpor dari Eropa. Semua hakim hukum Islam di negara itu segera dipecat, semua pengadilan Syariah ditutup.
Pada tahun 1924 Kekhalifahan Utsmani, yang telah ada sejak 1299, dihapuskan. Semua anggota keluarga Ottoman dikirim ke pengasingan. Tahun 1928, Majelis Nasional Agung menghapus klausul dalam konstitusi yang menyatakan Islam sebagai agama resmi. Islam tidak hanya dihapus dari pemerintah dan politik, tetapi ideologi sekuler mulai mengganggu kehidupan dan kebebasan beragama dari orang-orang Turki.
Kalender secara resmi berubah dari kalender Hijriyah menjadi kalender Gregorian. Pemerintah baru menggantikan tulisan Arab, yang sebelumnya telah digunakan untuk menulis bahasa Turki, dengan abjad Latin. Jika Turki kehilangan bahasa Arab dan tidak bisa lagi membaca tulisan Arab, hal itu menyebabkan sangat sulit bagi mereka untuk membaca dan memahami Al-Qur’an.
Pada tahun 1932, azan dilarang dalam bahasa Arab dan masjid diperintahkan untuk menulis ulang dan mengumumkan panggilan untuk doa dalam bahasa Turki. Langkah tak masuk akal ini sangat mengganggu Muslim yang taat dan menyebabkan kebencian yang meluas, hingga kebijakan itu tak lama dicabut. Juga, adzan tidak bisa terdengar di luar masjid. Para Imam masjid harus diangkat dan diatur oleh pemerintah; dan khotbah di masjid berada di bawah kontrol pemerintah yang ketat.
Jumat, yang untuk seluruh sejarah Islam telah menjadi hari libur bagi umat Islam, tidak lagi dianggap sebagai bagian dari akhir pekan. Sekarang Turki seperti Eropa, Sabtu dan Minggu sebagai hari libur kerja resmi.
Kehadiran Islam tidak lagi terlihat ketika seseorang berjalan menyusuri jalan-jalan. Para pejabat pemerintah menentukan bahwa gaun islami tidak boleh dipakai. The fez (sorban tradisional Turki) dilarang untuk pria dan jilbab dibatasi. Jilbab diejek dan dilarang di gedung-gedung publik.
Sejarah Turki mencatat, Mustafa Kemal Ataturk meninggal pada tahun 1938, tetapi ideologi sekuler dan hukum sekuler tetap bertahan setelah kematiannya.
Pada 1980-an, generasi baru Islam berpendidikan muncul untuk menantang sistem yang ada. Dengan contoh kesalehan mereka, doa, dan aktivisme politik, mereka telah membantu memicu kebangkitan Islam di Turki.
Presiden Turki saat ini, Recep Tayyip Erdogan, adalah salah satu contoh pemimpin yang berpendidikan, energik, dan karismatik, dengan pendidikan Islam.
Lulusan dari sekolahuntuk pata Imam dan penceramah, Erdogan telah bangkit melalui sayap gerakan implisit pro-Islam dan marginal. Dalam momen bersejarah pada tahun 1994, ia terpilih sebagai walikota Istanbul, ibukota budaya dan komersial Turki.
Sebuah laporan CNN oleh Yavuz Yigit menyatakan bahwa Erdogan begitu sukses karena ia memimpin dengan tindakan, bukan kata-kata.
“Sebelum Erdogan terpilih walikota Istanbul pada tahun 1994, air serign mati, sampah menumpuk di jalan-jalan, dan juga terjadi polusi udara. Dia memecahkan masalah hanya dalam waktu tiga tahun, “kata Yigit.
Komentator lainnya mengatakan bahwa Erdogan menangani secara efektif masalah lingkungan dan membuat kota lebih hijau.
Erdogan kemudian ikut mendirikan partai sendiri, yang Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) dan ikut serta dalam pemilihan umum. Pada tahun 2002, ia terpilih sebagai perdana menteri.
Meskipun beberapa kalangan memiliki keraguan mengenai pemimpin baru ‘Islam’, Erdogan mengantarkan perbaikan besar bagi Turki. Ekonomi telah meninggkat tiga kali lipat sejak pemerintahan Erdogan berkuasa pada 2002. infrastruktur negara itu telah meningkat, dan standar hidup telah meningkat secara signifikan.
Inflasi yang sebelumnya telah mencapai tiga digit, tutun ke satu digit. Negara ini sekarang menarik investor asing dan turis. Jumlah pengunjung melonjak, dari 16 juta pada tahun 2003 menjadi 35 juta pada 2013, menurut Yigit.
Ledakan ekonomi membantu Turki dalam pendanaan sekolah, rumah sakit, jalan raya, sistem kereta api baru, saluran udara, dan universitas.
Erdogan juga telah mencabut larangan jilbab di universitas dan gedung-gedung publik, membebaskan wanita untuk menjadi relijius.
Turki sedang mengalami perbaikan yang mendalam, tetapi beberapa orang Turki sekuler mengeluh Erdogan berdiri pada isu-isu tertentu. Erdogan mengkritik isi dari beberapa acara TV, telah membuat pernyataan menentang alkoholisme, dan telah menentang tampilan umum percintaan.
Dia telah menempatkan pembatasan baru pada alkohol; toko yang menjual minuman harus sudah tutup pukul 10 malam. Undang-undang baru melarang iklan produk alkohol, serta melarang lisensi alkohol untuk bisnis dalam radius 100 meter dari tempat ibadah atau pendidikan.
Pembatasan penjualan alkohol telah menyinggung beberapa orang, tapi itu adalah langkah yang benar untuk kesehatan dan keselamatan semua orang, muslim atau bukan, sekuler atau tidak.
*Sumber: duniatimteng.com