Muhammad Bilal, seorang jamaah haji asal Bangladesh duduk di luar Rumah Sakit Mina Al-Jisr menunggu kabar keberadaan jasad istrinya
Sambil sesekali menangis, pria itu hanya terduduk lemah di luar Rumah Sakit Mina Al-Jisr. Ia terus memerhatikan orang yang lalu lalang sambil berharap ada kabar 'menggembirakan'. Keinginannya hanya satu, jasad istrinya bisa ditemukan sehingga ia bisa melihatnya untuk terakhir kalinya.
"Dia berjanji akan terus bersamaku kapanpun, tapi sekarang ia telah pergi untuk selamanya," ucap jamaah haji asal Bangladesh, Muhammad Bilal.
Sebagaimana dilansir surat kabar Al-Hayat, Jumat (25/9/2015), Bilal merupakan salah satu korban luka akibat tragedi mina yang telah merenggut lebih dari 717 nyawa.
Ia berhasil selamat dengan sejumlah luka bakar di bagian kaki, tangan, wajah dan punggungnya setelah ia terhimpit di jalan aspal yang sangat panas. Nahas, istrinya tak bisa terselamatkan.
Yang lebih memilukan, keduanya ternyata baru saja bersatu kembali setelah terpisah jarak selama 20 tahun. Namun, mereka harus berpisah kembali untuk selamanya dalam hitungan detik.
"Istriku meninggal sebelum menyelesaikan ibadah hajinya. Ia meninggal di depan mataku. Dia tidak akan bertemu lagi dengan ketiga anak kami," ucapnya.
Bilal sendiri sudah selama 25 tahun tinggal di Arab Saudi. Ia bekerja di toko pakaian di daerah Dahran Al-Janoub.
"Dia berjanji akan terus bersamaku kapanpun, tapi sekarang ia telah pergi untuk selamanya," ucap jamaah haji asal Bangladesh, Muhammad Bilal.
Sebagaimana dilansir surat kabar Al-Hayat, Jumat (25/9/2015), Bilal merupakan salah satu korban luka akibat tragedi mina yang telah merenggut lebih dari 717 nyawa.
Ia berhasil selamat dengan sejumlah luka bakar di bagian kaki, tangan, wajah dan punggungnya setelah ia terhimpit di jalan aspal yang sangat panas. Nahas, istrinya tak bisa terselamatkan.
Yang lebih memilukan, keduanya ternyata baru saja bersatu kembali setelah terpisah jarak selama 20 tahun. Namun, mereka harus berpisah kembali untuk selamanya dalam hitungan detik.
"Istriku meninggal sebelum menyelesaikan ibadah hajinya. Ia meninggal di depan mataku. Dia tidak akan bertemu lagi dengan ketiga anak kami," ucapnya.
Bilal sendiri sudah selama 25 tahun tinggal di Arab Saudi. Ia bekerja di toko pakaian di daerah Dahran Al-Janoub.
Selama itu, ia terus menabung untuk bisa melaksanakan ibadah haji bersama sang istri.
Akhirnya kesempatan itu pun datang pada musim haji tahun 2015 ini.
"Kami telah berpisah selama bertahun-tahun. Ketika dia akhirnya datang, aku kehilangan dia kembali dalam hitungan detik," lirihnya.
Bilal menceritakan, saat itu ia bersama istrinya baru saja selesai melaksanakan ritual lempar jumrah sekitar pukul 7.30 pagi.
Kemudian keduanya terjebak, terhimpit dalam lautan manusia yang saling mendorong satu sama lain.
Mereka terjatuh dan terhimpit di jalanan yang sangat panas.
Begitu banyak jamaah haji yang menimpa mereka, namun Bilal berhasil menyelematkan diri.
Sementara istrinya, terhimpit dan terinjak-injak jamaah haji lainnya di jalur maut, Jalan 204, Mina.
"Aku menangis. Tolong selamatkan istriku, tapi tidak ada seorang pun yang mendengarnya karena mereka juga masing-masing berusaha untuk menyelamatkan diri. Aku coba menarik tangannya tapi ia sudah tertimpa begitu banyak orang. Aku melihat matanya, menatap ke langit. Ia meninggal sebelum mengucapkan salam perpisahan kepadaku," paparnya.
Satu hal yang melegakannya, bahwa sang istri akan dikebumikan di tanah paling suci bagi umat muslim dan akan bertemu san pencipta setelah meninggal secara syahid.
Sementara itu, berdasarkan pendataan hingga Minggu (27/9/2015), jumlah korban tewas Tragedi Mina mencapai 769 jamaah haji. Dari jumlah ini, 19 orang diantaranya merupakan jamaah haji asal Indonesia. Adapun korban luka mencapai 934 orang jamaah haji. (*)