Diterjemahkan dari artikel yang ditulis oleh Dr. Laurence Brown dari leveltruth.com
Seiring kita menjalani kehidupan dan menyadari adanya perbedaan antara ajaran Trinitas dan dengan Unitarian, sekumpulan orang yang mengaku sebagai pengikut Yesus Kristus mungkin akan terkejut ketika menemukan ayat berikut dalam Al-Qur'an:
"Wahai Ahli Kitab (orang-orang Yahudi dan Nasrani), janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Kristus, ‘Yesus putera Maria itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maria, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : "Tuhan itu tiga (trinitas)", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. " (Quran 4: 171)
Dan peringatan:
"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab (orang-orang Yahudi dan Nasrani), janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (Quran 5:77)
Seseorang mungkin bertanya-tanya hal apakah dalam Perjanjian Baru yang menjadi jurang pemisah antara dua kelompok ini. Tidak diragukan lagi perbedaan utama yang memisahkan antara pemeluk Kristen Trinitarian dengan Kristen Unitarian, dan telah memisahkan juga antara pemeluk Kristen dengan Islam, adalah teologi Paulus. Selama berabad-abad, telah banyak argumen yang ditunjukkan bahwa sebagian besar pemeluk Kristen Trinitas lebih mengikuti ajaran Paulus dibandingkan ajaran Yesus. Dan argumen ini sulit untuk disanggah, karena Yesus mengajarkan Hukum Perjanjian Lama, sedangkan Paulus mengajarkan ajaran misterius, yang bertentangan dengan Hukum Taurat yang telah diajarkan para nabi sepanjang zaman, dimana para nabi telah bersusah payah dan berjuang sekuat tenaga untuk menyampaikannya. Kesimpulannya, Paulus bukan hanya mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran rabbi Yesus, namun juga tidak menghormati ajaran-ajaran yang disampaikan selama ribuan tahun oleh para nabi. Sebagaimana yang ditulis Lehmann:
"Satu-satunya hal yang Paulus anggap penting adalah kematian Yesus, yang menghancurkan semua harapan akan pembebasan oleh Sang Mesias. Dia menjadikan Yesus sebagai anak Allah dan bukan anak manusia." [1]
Banyak sarjana Kristen yang menganggap Paulus sebagai perusak utama Kristen Apostolik dan ajaran-ajaran Yesus:
"Apa yang diklaim Paulus sebagai ‘Kekristenan’ adalah kesesatan nyata yang tidak sesuai dengan keimanan Yahudi atau Essene, atau ajaran Rabbi Yesus. Tapi, sebagaimana yang dikatakan Schonfield, ‘Kesesatan doktrin Paulus menjadi dasar dari ortodoksi Kristen dan gereja yang sah malah dicap sebagai sesat.'"[2]
Lehmann melanjutkan:
"Paulus melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rabbi Yesus dan Yesus menolak melakukannya. Dia memperluas janji keselamatan Tuhan kepada para gentile (orang-orang non-Yahudi); ia menghapuskan hukum Musa (hukum Taurat). "[3]
Sebagian yang lain mengangkat Paulus sebagai orang suci. Joel Carmichael, yang menulis sebagai berikut, sangat jelas bukan bagian dari mereka:
"Kita sangat jauh dari (ajaran) Yesus, dimana Yesus datang "hanya untuk memenuhi" Hukum Taurat dan para nabi. Yesus berkata bahwa "tidak sedikitpun, tidak setitik pun" akan "dihapus dari Hukum Taurat," dan bahwa perintah yang paling utama adalah "Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu satu," dan bahwa "tidak ada yang baik kecuali Tuhan ".... Apa jadinya jika Yesus melihat pekerjaan Paulus! Kemenangan Paulus berarti pemusnahan final terhadap sejarah Yesus; ia datang kepada kita menyamar sebagai orang Kristen bagaikan lalat dalam damar. "[4]
Banyak penulis telah menunjukkan perbedaan antara ajaran Paulus dan Yesus; Mereka telah mengungkapkan apa saja perbedaannya. Dr Wrede berkomentar:
"Dalam teologi Paulus, yang menjadi sentralnya adalah tindakan-tindakan ilahi, yang menembus batas-batas sejarah, yang memberikan kepastian keselamatan kepada semua umat manusia. Siapa saja yang percaya pada tindakan-tindakan ilahi ini - inkarnasi, kematian, dan kebangkitan Yesus, akan menerima keselamatan.
"Dan hal ini menurut Paulus adalah yang terpenting dari agama ini – menjadi kerangka keimanan, yang tanpanya akan runtuh - Apakah ini menjadi kelanjutan dari Gospel Yesus atau malah sesuatu yang baru? Dimana Gospel Yesus dapat ditemukan dalam semua ini, dimana Paulus mengatakan bahwa dia telah memahaminya?" [5]
Dan Dr. Johannes Weiss turut menulis:
"Oleh karena itu beriman dalam Kristus sebagaimana diajarkan oleh gereja-gereja primitif dan oleh Paulus adalah sesuatu yang baru dan tidak sejalan dengan ajaran Yesus; Ini adalah suatu agama jenis baru. "[6]
Ajaran manakah yang lebih banyak diikuti sekarang, apakah ajaran Yesus atau ajaran Paulus, mengapa, dan bagaimana, adalah pertanyaan yang tersisa untuk analisis para penulis di atas. Apabila seseorang memahami bahwa ajaran Paulus dan ajaran Yesus saling bertentangan satu sama lain, hal berikut harus ditanyakan padanya: "Jika anda harus memilih di antara keduanya, kepada siapakah anda lebih percaya - Yesus atau Paulus?" Pertanyaan ini sangat relevan sampai-sampai Michael Hart menulis seperti ini dalam buku tebal skolastiknya yang berjudul The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History:
"Meskipun Yesus bertanggung jawab atas ajaran etika dan moral utama Kekristenan, St. Paulus-lah yang mengembangkan teologi Kristen, tokoh utama yang menyebarkannya, dan penulis bagian yang besar dari Perjanjian Baru. "[7]
Sehubungan dengan perspektif Paulus:
"Dia tidak bertanya apa yang menyebabkan kematian Yesus, dia hanya melihat apa artinya hal itu menurut dia secara pribadi. Dia mengubah seorang pria yang menyerukan orang-orang agar taat kepada Tuhan menjadi sang penyelamat. Dia mengubah sebuah gerakan Yahudi ortodoks menjadi agama universal yang akhirnya bertabrakan dengan Yudaisme." [8]
Tiga poin utama di mana teologi Paulus berkonflik dengan ajaran Yesus begitu penting. Ini sangat penting karena penyimpangan dari kebenaran bisa mengancam keselamatan seseorang. Berikut ini adalah perbedaan-perbedannya:
1) ketuhanan Yesus yang diajarkan teologi Paulus berkontradiksi dengan keesaan Tuhan yang diajarkan oleh Yesus Kristus;
2) Justifikasi oleh iman (cukup beriman untuk memperoleh keselamatan), seperti yang diajarkan Paulus berkontradiksi dengan hukum Perjanjian Lama, seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus;
3) Yesus sebagai nabi untuk seluruh dunia seperti yang diajarkan Paulus, versus nabi hanya untuk Bani Israel, sesuai yang dikatakan Yesus Kristus. [9] Yang cukup menarik, tiga poin inilah yang menjadi perbedaan doktrin terbesar yang tidak hanya memisahkan agama Kristen dari Yudaisme, tetapi juga dari Islam. Bertentangan dengan monoteisme (keesaan Tuhan) yang diajarkan Yesus, tampaknya agama Kristen Trinitas yang mempunyai paling banyak pengikut.
Mengenai masalah keesaan Tuhan, Yesus tercatat mengajarkan keesaan Tuhan, seperti dalam Markus 12:29-30:
"Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa." Yesus melanjutkannya dengan "Dan Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.”
Yesus juga mengulangi pesan ini pada Matius 22:37 yang berbunyi: “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”
Kemudian pada Lukas 10:27-28: “Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."
Selanjutnya perintah yang utama ini dilengkapi sebagaimana tercatat dalam Keluaran 20: 3 - "Jangan ada Allah lain di hadapanku."
Yesus menyampaikan ajaran-ajaran di atas berdasarkan perintah utama pada Ulangan 6: 4-5 (sebagaimana diakui dalam buku-buku tafsir Bibel terkemuka), namun teologi Paulus entah bagaimana tiba-tiba muncul dan memperkenalkan konsep baru yang sekarang dikenal sebagai Trinitas. Kita bertanya-tanya darimana asalnya. Yesus mengajarkan hukum Perjanjian Lama – lalu Paulus hukum apakah yang diajarkan Paulus? Salah satu yang tidak pernah diajarkan Yesus adalah sifat keilahian dirinya. Tidak pernah sekalipun, dalam seluruh Perjanjian Baru, dimana Yesus mengaku memiliki sifat ketuhanan. Tidak pernah! Dia tidak mengatakan, "Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu satu - tapi aku juga punya sifat ketuhanan."