jamaah haji akan berkumpul semua di padang arofah untuk melaksanakan wukuf. wukuf adalah mengasingkan diri seakan panggung replika Padang Mahsyar. Umat Islam percaya, kelak manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar dalam formasi antre menunggu giliran untuk timbang amalnya oleh Allah SWT. Wukuf juga merupakan puncak ibadah haji yang harus dilaksanakan di Padang Arafah.
Arafah adalah padang pasir yang terletak sekitar 25 kilometer di timur Kota Makkah. Padang dengan luas 3,5 x 3,5 kilometer ini dikelilingi bukit bebatuan setengah lingkaran.
Di wilayah ini terdapat beberapa tempat penting, salah satunya Jabal Rahmah. Bukit bebatuan, tempat bertemunya Adam dan Hawa setelah terusir dari surga. Di puncak bukit ini ada tugu putih, tempat napak tilas nenek moyang manusia.
Monumen Jabal Rohmah |
Selain itu, juga ada Masjid Namirah yang buka hanya saat musim Haji. Masjid dua lantai ini memiliki luas 124 ribu meter per segi dan mampu menampung 300 ribu jemaah. Di masjid ini mufti Arab Saudi memberikan khutbah Arafah di hadapan jemaah. di zaman nabi masjid namiroh ini sudah ada dan bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri pernah singgah di dalamnya ketika beliau akan berwukuf di Arafah.
Masjid Namirah di Arofah |
Namun, setelah perluasan, masjid ini tidak hanya berada di Arafah, tetapi juga melebar sampai keluar dari batas arofah, sehingga diberi tanda informasi dan pengumuman tentang perbatasan agar jamaah haji yang berwuquf tetap berada di lingkungan Arafah.
Pemerintah Arab Saudi juga sudah membangun infrastruktur bagus di wilayah ini, seperti jalan lebar beraspal dan ditanam pohon soekarno, sehingga menjadi rindang.
Panas terik udara padang pasir Jazirah Arab paling tidak akan terkurangi dengan kesejukan dari pepohonan yang tumbuh di Arafah. Padang Arafah, simbolisasi Padang Masyar, tempat pengadilan manusia kelak.
Kondisi Arafah yang hijau royo-royo, tak terlepas dari peran dan gagasan Bung Besar kita, Presiden Soekarno. Ide menghijaukan Padang Arafah muncul saat presiden pertama Republik Indonesia itu sedang wukuf saat menunaikan ibadah haji pada awal tahun 1960-an.
Pengamat kehutanan dan lingkungan, Transtoto Handadhari, dalam artikelnya (Kompas, 24 Maret 2001), menyebutkan, pohon setinggi empat meter hingga enam meter, yang kini tumbuh di Arafah adalah jenis pohon mindi (melia azedarah). Pohon ini di Arab Saudi dikenal dengan nama ”pohon soekarno”.
Penanaman pohon soekarno di padang seluas 1.250 hektar itu oleh Pemerintah Arab Saudi merupakan bentuk penghargaan atas gagasan Bung Karno menghijaukan Padang Arafah. Pemerintah Arab Saudi mengundang ahli kehutanan Indonesia untuk menjalankan program itu.
Transtoto menyebutkan, jenis pohon yang dipilih adalah pohon mindi yang dibawa langsung dari Indonesia. Pohon ini tahan hidup di padang pasir. Untuk mendukung pertumbuhan pohon itu, dibawa pula tanah subur dari Indonesia dan Thailand. Untuk penyiraman, di bawah tanah dipasang pipa air dan setiap pohon mendapatkan satu keran air sendiri.
Pohon Sukarno |
Ikhtiar itu akhirnya membuahkan hasil. Sejak bertahun-tahun lalu, Arafah hijau royo-royo. Kelestarian pohon itu diharapkan tetap terjaga meskipun 3,5 juta lebih jemaah akan datang, baik saat menunggu maupun saat wukuf berlangsung. Dam alias denda di berlakukan bagi jemaah, di antaranya jika mencabut rumput sekalipun atau mematahkan ranting pohon. Dam berupa memotong seekor kambing tentu akan menjauhkan jemaah, misalnya, dari mematahkan dahan atau ranting pohon soekarno.
Berkat perawatan dan pengembangan yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi, pohon soekarno saat ini tidak hanya tumbuh di Arafah. Di sejumlah kota, seperti Madinah dan Mekkah, pohon ini juga tumbuh tersebar di pelosok kota. Di kawasan Aziziyah, Mekkah, misalnya, di sejumlah halaman gedung terdapat pohon-pohon mindi yang tumbuh lebih dari enam meter.
Di jalan-jalan utama kota suci itu, pohon soekarno bahkan telah menjadi pohon penghias jalan. Beberapa tahun lagi, pohon-pohon itu tentu akan menyejukkan para pemakai jalan.
Gagasan baik berbuah baik pula.